Inspirasi Bisnis

Monday, April 8, 2019

Tidak Apa-apa Menjadi Miskin Tapi Jangan Malas

1:41 AM
Di Youtube saya pernah menemukan video dimana ada seorang pengemis (gelandangan) di pinggir jalan di sebuah kota besar (sepertinya Amerika) diberi sekotak pizza oleh seorang pemuda yang melintas di depannya. Yang diberi pizza tentu saja senang, itu mungkin makanan terenak yang pernah dia nikmati dalam beberapa bulan.

Times Square, NYT
Beragam komentar muncul, umumnya menghargai sikap peduli yang ditunjukkan oleh orang yang memberi pizza tadi tapi tak sedikit yang mencela dan memberi komentar negatif kepada pengemis tersebut. Katanya, mereka seperti itu karena malas. Tidak seharusnya pemuda tadi memberi pizza karena hanya akan membuatnya makin malas. Ya, sulit untuk tidak berpandangan demikian, pengemis tadi sungguh terlihat sehat dan kuat fisiknya.

Benarkah orang miskin pemalas?

Pandangan bahwa orang miskin umumnya malas, seseorang menjadi miskin karena malas adalah pandangan kebanyakan masyarakat, tapi benarkah demikian?

Tidak, tentu saja tidak. Mungkin ada orang miskin karena dia malas tapi tidak semua orang miskin malas. Attitude miskin mungkin akan membuat seseorang menjadi tidak memiliki apa-apa tapi semua orang miskin pemalas. Kita bisa melihat itu di sekeliling kita.

Dalam kehidupan, miskin adalah hal yang normal. Yang di atas sudah menciptakannya seperti itu. Anda bisa saja punya berpenghasilan ratusan juta perbulan tapi dalam sehari semua harta yang kita miliki habis karena tertimpa musibah. Bulan ini kita masih menerima gaji, tapi bulan depan tidak ada yang menjamin perusahaan kita tidak akan bangkrut dan kita tiba-tiba jadi pengangguran. Bayangkan cicilan rumah tak terbayar, cicilan mobil menunggak, pengeluaran yang lain jalan terus.

Bangkit dari kebangkrutan (kemiskinan).

Kita mungkin pernah mendengar cerita Donald Trump yang baru saja bangkrut, berjalan di jalan di Manhattan melewati pengemis, berpikir "saya lebih miskin dari pengemis yang baru saya lewati". Ya utangnya banyak sekali saat itu. Atau cerita tentang Ciputra yang juga bangkrut, banyak utang, saat krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997. Entah apa yang dirasakan oleh pak Ci saat itu, ribuan karyawannya bagaimana nasibnya, bagaimana nasib keluarga karyawannya.

Ada banyak cerita seperti itu dari waktu ke waktu. Mereka semua jatuh miskin tapi mereka bukan orang yang malas, justru dari keadaannya yang nol (atau bahkan minus) tersebut mereka bangkit dan menjadi lebih sukses dari sebelumnya.

Kita tentu tahu tentang Venezuela, negara kaya minyak yang tiba-tiba jatuh miskin karena ditimpa krisis. Betapa banyak penduduknya yang tiba-tiba menjadi miskin 'hanya' karena negaranya bangkrut. Jangan sampai itu terjadi deh di negara kita!

Ada orang yang harus bekerja di beberapa tempat untuk menambah penghasilan, ngojek atau ngegrab sambil bekerja sebagai PNS untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ada ibu single parent yang bangun pagi-pagi sekali, naik kommuter ke tempat kerja, sorenya pulang dan baru sampai di rumah saat malam. Semua itu dia lakukan untuk menghidupi orang tua dan sekolah anaknya. Hidupnya mungkin tidak berkecukupan tapi mereka bukan orang yang malas.

Orang menjadi miskin terjadi karena banyak faktor, karena krisis, bisnisnya bangkrut, karena utang, tertimpa bencana, terkena penyakit berat dan lain-lain, menjadi tumpuan keluarga, dll. Tidak sedikit dari banyak faktor tersebut tidak dapat kita kendalikan.

Berbeda dengan kemalasan, itu adalah kondisi yang bisa kita kendalikan.

It's okay to be poor but not lazy.

Ada orang malas, ada pula orang miskin. Keduanya berbeda. Kita mungkin melihat ada kemalasan di diri orang-orang miskin tapi tidak semuanya. Tidak ada yang salah dengan menjadi miskin tapi menurut saya kemalasan adalah hal yang sangat merusak. Tidak ada yang suka dengan orang yang malas.

Menjadi teman kerja orang yang malas sungguh tidak mengenakkan, menjadi pengusaha yang memiliki karyawan yang malas juga membuat frustasi. Mereka menyia-nyiakan potensi mereka. Orang-orang seperti ini umumnya memiliki pola yang sama, mereka tidak akan pernah menjadi orang yang sukses. Maaf, mungkin agak keras tapi itulah kenyataannya.

Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat dan berinteraksi dengan orang seperti itu, orang malas dan medioker. Mengerjakan sesuatu apa adanya, tidak mengerahkan semua kemampuan yang dia miliki dalam melakukan perkerjaan tertentu. Kalaupun orang seperti ini hidupnya baik, dia tidak akan pernah mencapai hal-hal luar biasa dalam hidupnya atau paling tidak, mencapai hal lebih baik dari keadaannya sekarang.

Mental malas ini tidak baik karena orang seperti ini cepat merasa puas, tidak memiliki semangat atau keinginan untuk push forward dan mencapai hal yang lebih baik, entah itu karir, kekayaan dan lainnya. Yang menyedihkan adalah, kalau dia sendiri tidak merasa berada di keadaan itu. Merasa baik-baik saja, tidak merasa perlu berubah, tidak merasa perlu melakukan perbaikan dari sesuatu yang dia kerjakan sekarang.

Kalau harus memilih antara menjadi orang miskin atau menjadi orang malas, saya akan memilih menjadi miskin. Anda bagaimana?